S : Apakah sah niat puasa yang dilakukan ketika dalam kondisi shalat?
J : Sah (حاشية الجمل على المنهج لشيخ الإسلام زكريا الأنصاري الجزء الرابع صحيفة 342 ).
S : Niat membatalkan puasa, namun tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Apakah puasanya batal?
J : Menurut qoul ashoh, puasanya tidak batal (الأشباه والنظائر صحيفة 91 ), "Apabila ada orang yang niat membatalkan puasa dan I’tikaf, namun tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa dan I’tikaf, maka puasa dan I’tikafnya tidak batal menurut qoul ashoh".
Hal ini berbeda dengan sholat, karena ketika seseorang shalat dan dia niat membatalkan shalat, walaupun dia belum sama sekali melakukan hal-hal yang membatalkan shalat, maka seketika itu pula shalatnya menjadi batal.
Lalu mengapa terdapat perbedaan ketentuan antara puasa-I’tikaf dengan shalat? karena shalat adalah ibadah yang khusus dan mengandung unsur komunikasi secara langsung dengan Allah, sedangkan dalam ibadah-ibadah lainnya seperti puasa dan I’tikaf, unsur tersebut kurang begitu mendominasi.
S : Seseorang lupa tidak niat puasa pada malam hari, tapi dia makan sahur. Apakah makan sahur seseorang tersebut bisa menggantikan posisi niat yang lupa tidak dilakukannya?
J : Puasanya sah, dan makan sahurnya bisa menggantikan posisi niat yang dia lupakan (روضة الطالبين الجزء الثاني صحيفة 351 ), "apabila seseorang makan sahur atau sekedar minum agar siang harinya tidak haus atau mencegah diri dari makan, minum dan jima’ karena khawatir telah terbit fajar, maka itu sudah dianggap cukup dan bisa dianggap sebagai niat melakukan puasa".
S : Apakah sah puasa sunat yang niatnya baru dilakukan setelah tergelincirnya matahari (masuknya waktu dhuhur)?
J : Ada 2 pendapat. Menurut qoul yang lebih kuat, puasanya tidak sah. sedangkan qoul yang lainnya menyatakan kalau niat puasa sunah itu boleh dilakukan sepanjang siang (روضة الطالبين الجزء الثاني صحيفة 352 ).
Syafiqalannaufa's Blog 